KB M NU dibangun diatas tanah wakaf yang diterimakan kepada Pengurus Nahdatul Ulama ( NU ) MWC Kecamatan Karangdadap
Minggu, 24 November 2019
Pengaspalan Jalan menuju ke KB M NU Karangdadap
Foto diambil pada saat pengerasan dengan bebatuan sebelum diberi aspal.
Jumat, 22 November 2019
Kamis, 14 November 2019
Sabtu, 09 November 2019
Deklarasi Antar Calon Kepala Desa Karangdadap
SURAT KESEPAKATAN
Pada hari Jum'at tepatnya tanggal 8 Nopember 2019, kelima calon Kades yaitu Amat Lathifin, Abdul Aziz, Muhammad Rifqi, Nur Diana dan Muhammad Yasfiudin mempunyai kesepakatan bersama bahwa setiap calon, baik tim sukses yang biasa disebut dengan nama pecut maupun relawan tidak akan menggunakan money politik dalam bentuk apapun untuk memperoleh suara dalam Pemilihan Kepala Desa Karangdadap.
Kesepakatan ini disaksikan oleh Hakam, Tamar, Rizal, Rifhan, Tohiron dan Kyai Hasannudin, demi terciptanya Pilkades yang bermartabat tanpa Anduman, sebagaimana yang diserukan oleh Bapak Asip Kholbihi, S.H. M.Si Bupati Pekalongan
Kalau Anda ingin bergabung di group WA : yang beranggotakan warga Desa Karangdadap, silakan di-klik link berikut ini :
Bila teman Anda ingin bergabung juga silakan meneruskan / membagikan (forward / share) postingan ini ke teman tersebut.
Di WA Group ini bisa berdiskusi tentang Kemajuan Desa Karangdadap, akan tetapi kami mohon Anda menyampaikan sesuatu dengan Santun. Terima kasih.
Minggu, 03 November 2019
Diputar Marathon di Komunitas NU Dan Muhammadiyah - Ini Pesan Penting Film Jejak Langkah 2 Ulama
Film “Jejak Langkah 2 Ulama” memiliki misi meluruskan posisi dua tokoh Islam Indonesia, KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari yang selama ini dibelokkan seolah olah berseberangan dan berbenturan.
Kiai Ahmad Dahlan merupakan pendiri Muhammadiyah (1912), ormas Islam yang berdiri 14 tahun lebih tua sebelum kemudian Kiai Hasyim mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1926.
Salah satu poin utama hadirnya film Jejak Langkah 2 Ulama adalah memperkuat persamaan keduanya yang sama sama pernah mengangsu ilmu kepada Kiai Shaleh Darat, Semarang.
“Itu lah kita cari persamaan KH M Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan, biar bisa jadi contoh, “ujar Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, KH Abdul Hakim Mahfudz saat ditemui di Ponpes Tebuireng.
Saat nyantri kepada Kiai Sholeh, Ahmad Dahlan masih berusia 16 tahun, sementara Hasyim Asy’ari 14 tahun. Dari mata air pengetahuan yang sama dua pemuda yang terkenal cerdas itu menyerap pelajaran ilmu fiqih, tasawuf dan berbagai macam ilmu agama lainnya. Soal kemudian basis umat keduanya berada di kawasan kota dan pedesaan, itu hanya masalah pembagian peran.
Menurut Abdul Hakim, film garapan bersama Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah dengan Ponpes Tebuireng, Jombang itu berupaya mengembalikan kisah historis pada tempatnya semula.
Ini juga sekaligus menegasikan upaya sekelompok kecil dan indivisu yang selama ini berusaha membelokkan dengan menempatkan kedua tokoh (Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim) seolah olah berseberangan.
Padahal perbedaan amaliyah pengikut Muhammadiyah dan NU yang terus dibesar besarkan itu sebenarnya bersifat furukiyah (hal kecil).
“Ini untuk syiar kita, barangkali selama ini syiar-syiar datang dari mereka. Kita coba untuk menghadirkan kembali bagaimana kehidupan ulama zaman dahulu itu banyak yang dibelokkan kita coba luruskan, “terang Abdul Hakim yang akrab dipanggil Gus Kikin.
Film Jejak Langkah2 Ulama mengambil lokasi syuting di empat tempat, Jogjakarta, Jombang, Kediri dan Bangkalan. Film ini tidak melibatkan aktor dan aktris terkenal. Para pemain sepenuhnya berasal dari kader Muhammadiyah dan NU, termasuk santri, yang sebelumnya melalui proses casting.
Saat ini penggarapan sudah memasuki proses editing. Rencananya, pemutaran film Jejak Langkah2 Ulama tidak dilakukan di gedung bioskop. Tim manajemen bersepakat memutar film secara marathon dari satu pesantren ke pesantren, madrasah, dan organisasi dibawah naungan NU dan Muhammadiyah.
Khusus pemutaran di pesantren, Tim sudah berkomunikasi dengan pengasuh Ponpes Tebuireng KH Salahuddin Wahid (Gus Solah), termasuk berencana meminta bantuan PBNU, terutama terkait pelibatan Rabithah Ma’ahid Al-Islamiyah (RMI) selaku bagian organisasi NU yang mengurusi pesantren.
Sesuai data RMI Indonesia memiliki 29 ribu lebih pondok pesantren dengan lebih lima juta santri, serta 90 juta komunitas santri.
“Kalau kita bicara tentang pesantren, lebih pas bicara dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) karena lebih banyak tahu. Sehingga bisa bantu melakukan sosialisasi. Dan kemarin rekomendasi dari pengasuh begitu, “katanya.
Reporter : Syarif Abdurrahman
Editor : Mas Garendi
Langganan:
Postingan (Atom)